Mekanisme terjadinya katarak karena penuaan memang masih diperdebatkan, tetapi telah semakin nyata bahwa oksidasi dari protein lensa adalah salah satu faktor penting. Serat-serat protein yang halus yang membentuk lensa internal itu sendiri bersifat bening. Kebeningan lensa secara keseluruhan bergantung pada keseragaman penampang dari serat-serat ini serta keteraturan dan kesejajaran letaknya di dalam lensa. Ketika protein rusak, keseragaman struktur ini menghilang, dan serat-serat bukannya meneruskan cahaya secara merata, tetapi menyebabkan cahaya terpencar dan bahkan terpantul. Hasilnya adalah kerusakan penglihatan yang parah.
Pandangan yang mengatakan bahwa katarak karena usia mungkin disebabkan oleh kerusakan radikal bebas memang tidak langsung tetapi sangat kuat dan terutama didasarkan pada perbedaan antara kadar antioksidan di dalam tubuh penderita katarak dibandingkan mereka yang memiliki lensa bening. Berbagai percobaan ini telah dilaporkan dalam jurnal kedokteran dan ilmiah seperti British Medical Journal, Archives of Ophthalmology, Annals of the New York Academy of Science, dan American Journal of Clinical Nutrition.
Salah satu penelitian yang paling mengesankan dilakukan oleh Departemen Ilmu Biomedis, Universitas Tampere, Finlandia, dan diterbitkan oleh British Medical Journal pada bulan Desember 1992. Dalam proyek ini, 47 orang yang mengalami katarak dibandingkan dengan kelompok pembanding yang telah dipilih dengan teliti yang terdiri atas 94 orang yang berlensa bening. Kelompok ‘kontrol’ yang normal dipilih agar semirip mungkin dengan kelompok penderita katarak dalam hal usia, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat merokok, kadar kolesterol dalam darah, berat badan, tekanan darah, dan ada-tidaknya diabetes. Semua contoh darah mereka dianalisa dengan metode yang sangat peka untuk mengetahui kadar vitamin E dan betakaroten. Betakaroten adalah pigmen jingga (oranye) yang terdapat di dalam wortel dan sayuran lain, yang di dalam hati diubah menjadi vitamin A.
Hasilnya menunjukkan bahwa ada relasi yang berarti antara kadar vitamin E dan betakaroten dengan kemungkinan mengalami katarak. Kadar vitamin antioksidan yang rendah di dalam darah ditemukan pada kelompok katarak; kadar yang lebih tinggi terdapat pada kelompok kontrol yang berlensa bening. Mereka yang mempunyai kadar vitamin E dan betakaroten yang rendah mempunyai kemungkinan dua setengah kali lebih besar untuk terkena katarak dibanding yang mempunyai kadar lebih tinggi. Penulis kajian ini menyimpulkan: ‘Konsentrasi serum yang rendah dari vitamin antioksidan alpha-tocopherol (vitamin E) dan betakaroten adalah faktor risiko untuk tahap akhir katarak karena penuaan. Oleh karena itu, percobaan terkendali mengenai peran vitamin antioksidan dalam pencegahan katarak sangat diperlukan.’
Sebuah penelitian lain yang dilakukan di Kanada dan dilaporkan dalam sebuah konferensi internasional, melibatkan 175 penderita katarak dan 175 orang yang berlensa bening. Sekali lagi, penelitian ini menunjukkan perbedaan yang berarti di dalam asupan vitamin E dan C di antara kedua kelompok. Pada kelompok yang berlensa being, terdapat lebih banyak orang yang telah meminum vitamin C dan E tambahan selama lima tahun atau lebih dibandingkan kelompok penderita katarak. Profesor James Robertson, seorang ahli epidemiologi yang juga menjadi ketua dari proyek ini, mengatakan, ‘Tambahan vitamin C dan E berkaitan dengan penurunan yang berarti pada risiko katarak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar